BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruptur
perineum merupakan suatu keadaan dimana terputusnya kontinuitas jaringan perineum
yang terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada semua persalinan berikutnya.
Keadaan ini bila tidak ditangani dengan baik bisa terjadi infeksi dan perdarahan
yang dapat mengakibatkan tingginya morbiditas
dan mortalitas ibu (Prawirohardjo, 2003).
Berdasarkan
penelitian World Healt Organisation (WHO) pada tahun 2010 di seluruh
dunia terdapat kematian sebesar 500.000 ribu jiwa pertahun akibat komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas (eka-our
worksblogspot.online tanggal 30 juli
2012).
Bahaya dan
komplikasi ruptur perineum antara lain perdarahan, infeksi dan disparenia
(nyeri selama berhubungan seksual). Perdarahan pada ruptur perineum dapat
menjadi hebat khususnya pada ruptur derajat dua dan tiga atau jika ruptur
perineum meluas ke samping atau naik ke vulva mengenai klitoris. Karena dekat
dengan anus, laserasi perineum dapat dengan mudah terkontaminasi feses. Infeksi
juga dapat menjadi sebab luka tidak dapat segera menyatu sehingga timbul
jaringan parut. Jaringan parut yang terbentuk sesudah laserasi perineum dapat
menyebabkan nyeri selama berhubungan .
Robekan
jalan lahir utamanya ruptur perineum merupakan penyebab kedua tersering dari
perdarahan pasca persalinan. Selain itu, adanya ruptur pada perineum juga dapat
menimbulkan infeksi. Oleh karena itu, untuk mencegah timbulnya komplikasi
lainnya pada masa nifas dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan antara lain perawatan perineum secara intensif .
Indonesia membuat rencana strategi
Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) untuk tahun 2010, dalam konteks rencana
pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah dengan visi Kehamilan
dan Persalinan di Indonesia Berlangsung Aman, serta yang Dilahirkan Hidup dan
Sehat, misinya adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian maternal
dan neonatal melalui pemantapan system kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis tertarik mengambil kasus untuk Angka kematian maternal di Indonesia
sampai saat ini cukup tinggi menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2002 / 2003 angka kematian ibu di Indonesia 30/100.000 kelahiran
hidup dan pemerintah menargetkan pada tahun 2010 kematian dapat menurun menjadi
125/100.000 kelahiran hidup.
mengangkat
sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan Pendidikan pada D.III kebidanan PGRI
Kediri dengan menggunakan pendekatan
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny “I” Post Partum Hari pertama dengan Ruptur
Perineum Tingkat II di BPS NY “Z” .
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belang diatas, maka peneliti mengajukan
Karya Tulis Ilmiah ini untuk mengetahui Bagaimanakah melaksanakan asuhan kebidanan
Pada Ny “X” Post Partum Hari Pertama dengan Ruptur Perineum Tingkat II di BPS
NY “Z”? .
C.
Tujuan Penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis ini
tujuan yang di harapkan adalah sebagai berikut :
1.
Tujuan umum
2.
Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny
“X” Post Partum Hari Pertama dengan
Ruptur Perineum Tingkat II di BPS “Z” dengan menggunakan pendekatan Manajemen Asuhan Kebidanan.
2.
Tujuan
khusus
a)
Melaksanakan
pengkajian data pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur Perineum
Tingkat II Di BPS Ny “Z” .
b)
Merumuskan
diagnosa/masalah aktual pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur
Perineum Tingkat II BPS Ny “Z” .
c)
Merumuskan
diagnosa/masalah potensial pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur
Perineum Tingkat II di BPS Ny “Z” .
d)
Mengidentifikasikan tindakan segera dan kolaborasi pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur Perineum Tingkat II di BPS Ny “Z” .
e)
Merencanakan
asuhan kebidanan pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur Perineum
Tingkat II di BPS Ny “Z” .
f)
Melaksanakan
tindakan asuhan kebidanan pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur
Perineum Tingkat II di BPS Ny “Z” .
g)
Mengevaluasikan
hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny “X” Post partum hari
pertama dengan Ruptur Perineum Tingkat II di BPS Ny “Z” .
h)
Melakukan
pendokumentasian asuhan kebidanan pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan
Ruptur Perineum Tingkat II di BPS Ny “Z” .
D.
Manfaat Penulisan
1. Manfaat
ilmiah
Diharapkan
Karya Tulis Ilmiah ini dapat memperluas pola pikir dan ilmu pengetahuan serta
sebagai bahan inspirasi penulis selanjutnya.
2. Manfaat
institusi
Sebagai bahan acuan atau
pedoman bagi institusi pendidikan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
selanjutnya.
3. Manfaat bagi
penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman yang berharga dalam penerapan Asuhan
Kebidanan khususnya Ruptur Perineum.
E.
Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini,
berdasarkan teori ilmiah yang dipadukan dengan praktek dan pengalaman penulis
memerlukan data yang objektif dan relevan dengan teori-teori yang dijadikan
dasar analisa dalam pemecahan masalah. Untuk itu penulis menggunakan metode
sebagai berikut :
1. Studi
kepustakaan
Yaitu dengan membaca dan mempelajari
buku-buku/literatur dan data internet yang ada kaitannya dengan masalah yang
dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam pembahasan Karya Tulis
Ilmiah ini.
2. Studi kasus
Yaitu melaksanakan studi kasus pada
NY ”I“ dengan menggunakan pendekatan asuhan kebidanan yang meliputi:
pengkajian, analisa, perumusan diagnosa/masalah aktual dan potensial,
merencanakan tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana tindakan,
melaksanakan tindakan, dan mengevaluasi serta mendokumentasikan asuhan
kebidanan. Untuk memperoleh data/informasi akurat, penulis menggunakan teknik :
a.
Anamnese
Penulis melakukan tanya jawab dengan
ibu, suami dan keluarga yang terlibat langsung guna mendapatkan data yang
diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien tersebut.
b. Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis untuk menjamin diperolehnya data yang lengkap mulai dari kepala
sampai kaki (head to toe) meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan diagnostik lainnya dengan
menggunakan format yang telah disusun sebelumnya.
c.
Pengkajian
psikososial
Pengkajian status emosional, respon
terhadap kondisi serta pola interaksi ibu terhadap
keluarga, petugas kesehatan, lingkungan, serta pengetahuan tentang kesehatan.
3. Studi
dokumenter
Studi dokumenter dilakukan dengan
mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari bidan, asisten bidan, dan
hasil pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat memberi kontribusi dalam
menyelesaikan Karya Tulis ini.
4. Diskusi
Penulis melakukan tanya jawab dengan
bidan yang menangani langsung klien tersebut serta mengadakan diskusi dengan
dosen pengasuh/pembimbing Karya Tulis ini. 3.Definisi
Operasional
Tabel
3.1 : Definisi Operasional Asuhan
Kebidanan pada Ny “X” Post Partum Dengan Ruptur Perinium derajat II.
No
|
Variabel
Operasional
|
Definisi
Operasional
|
Parameter
|
Alat ukur
|
Skala
|
Skoring
|
|
Asuhan kebidanan pada post partum
dengan ruptur perinium derajat II
|
Segala sesuatu yang diketahui
tentang post partum dengan ruptur perinium derajat II
|
1.
Pengertian post partum
2.
Pengertian ruptur perinium
3.
Faktor penyebab ruptur perinium
4.
Dampak yang muncul apabila ruptur perinium tidak dilakukan asuhan
kebidanan dengan benar
5.
Tujuan asuhan kebidanan post partum dengan ruptur perinium
6.
Cara merawat ruptur perinium
derajat II
|
Wawancara
|
Ordinal
|
|
Lokasi
dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian
Tempat penelitian di BPS Ny “Z” di
Kabupaten Kediri .
2. Waktu
Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada
Tanggal .......
Prosedur
Pengumpulan Data
peneliti mengajukan
surat pengambilan data ke pihak kampus untuk mendapatkan surat ijin pengambilan
data di BPS Ny” Z”, kemudian peneliti menyerahkan surat tersebut kepada bidan
tempat melakukan penelitian.Setelah distujui oleh bidan peneliti mulai
melakukan pengambilan data untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan umum Tentang Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
a.
Masa nifas (puerperium) di mulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
b.
Masa nifas (puerperium) adalah
periode waktu atau masa di mana organ-organ reproduksi kembali keadaan tidak
hamil yang membutuhkan waktu sekitar 6 minggu .
c.
Masa puerperium atau masa nifas
mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan
tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan .
d.
Masa nifas atau puerperium adalah
masa yang berlangsung 6 minggu dari sejak hari melahirkan .
e.
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat kandungan kembali seperti pra hamil yaitu 6-8 minggu .
2. Tujuan Asuhan Masa
Nifas
Asuhan pada masa nifas
diperlukan karena pada periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun
bayinya. Terutama dalam waktu 24 jam pertama, adapun tujuan masa nifas sebagai
berikut :
a.
Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
b.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan
bayi sehat.
c.
Memberikan pelayanan KB ( Eny Retna Ambarwati,S.Si.T).
3. Periode Masa Nifas
Adapun periode masa
nifas yaitu sebagai berikut :
a.
Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b.
Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya
6-8 minggu.
c.
Remote puerperium, waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi.
4. Perubahan masa nifas
a.
Perubahan fisiologi
1)
Sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi
diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali
kepada ke keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin
kembali normal pada hari ke-5 (Eny Retna Ambarwati, S.Si.T dkk. 2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas).
2)
Tanda-tanda vital
Suhu badan wanita
sesudah partus dapat naik ± 37,5˚C dari keadaan normal. Tetapi tidak melebihi 38,0˚C, sesudah 12 jam
pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan
lebih dari 38,0˚C, mungkin ada infeksi.
Nadi berkisar umumnya
antara 60-80 denyutan permenit. Segera setelah partus dapat terjadi bradikardi.
Pada masa nifas umumnya denyutan nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu
badan.
Pada beberapa kasus
ditemukan keadaan hipertensi postpartum.
Tetapi ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat
panyakit-penyakit lain yang menyertai dalam ± 2 bulan tanpa pengobatan.
3)
Sistem digestivus
Defeksi atau buang air
besar harus dalam 3 hari pasca persalinan. Bila terjadi obstipasi dan timbul
koprostase hingga skibala tertimbun di rektum, mungkin terjadi febris. Lakukan
klisma atau berikan laksan oral. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin, tidak
jarang kesulitan defekasi dapat di atasi .
4)
Sistem urinaria
Miksi harus secepatnya
dilakukan sendiri. Bila kandung kemih penuh dan tidak miksi sebaiknya dilakukan
kateterisasi .
5)
Sistem Reproduksi
a) Uterus
Setelah janin di lahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera
setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri ± 2 jari di bawah pusat. Pada hari
ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi
7cm atas sympisis atau setengah sympisis pusat, sesudah 12 hari uterus
tidak dapat diraba lagi di atas sympisis .
b) Lochia
Adalah cairan sekret
yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Pengeluaran lochia
di bagi berdasarkan jumlah, warna dan waktunya sebagai berikut :
1. Lochia rubra (cruenta)
2. Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 3 hari pasca persalinan.
3. Lochia sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 4-7 pasca
persalinan.
4. Lochia serosa
Berwarna kuning, cairan
tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
5. Lochia alba
Cairan putih selama 2 minggu.
6. Lochia purulenta
Keluar cairan seperti nanah berbau busuk
c) Serviks
Perubahan-perubahan
yang terdapat pada serviks ialah, segera setelah post partum bentuk serviks
agak menganga seperti corong. Bentuk ini di sebabkan oleh korpus uteri yang
dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan uteri terbentuk semacam cincin.
Konsistennya lunak .
d)
Dinding abdomen
Sebagai akibat putusnya
serat-serat elastis kulit dan distensi berkepanjangan yang disebabkan uterus
hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Kembalinya
struktur ini ke keadaan normal memerlukan waktu beberapa minggu, tapi pemulihan
dapat dibantu oleh olahraga, selain timbulnya striae yang berwarna
keperak-perakan, dinding abdomen biasanya kembali ke keadaan sebelum hamil.
Namun jika otot-ototnya tetap atonik, dinding abdomen akan tetap kendur .
e)
Vulva dan Vagina
Vulva dan Vagina
mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan
bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur, setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
kepada ke keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol .
f)
Perineum
Segera setelah
melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan
kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum melahirkan .
g)
Payudara
Payudara mencapai
maturitas yang penuh selama masa nifas. Payudara akan menjadi lebih besar,
lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan
status hormonal serta di mulainya laktasi.
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari
kehamilan terjadi perubahan pada kelenjar mammae yaitu :
1. Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan lemak
bertambah.
2.
Keluar cairan susu
jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum,
berwarna kuning putih susu.
3. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
4. Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang. Maka
timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin akan merangsang air susu
di samping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu
berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari
pasca persalinan .
b. Perubahan psikologis
Perubahan yang mendadak
dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas
menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan normal, namun mampu
diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah
terkuras oleh tuntutan kehamilan serta persalinan, keadaan kurang tidur,
lingkungan asing baginya dan oleh kecemasannya akan bayi, suami atau
anak-anaknya yang lain .
Adaptasi psikologis
masa nifas yang terbagi atas 3 tahapan yaitu :
1)
Taking In Period
Terjadi pada hari 1-2
setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian
terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan
yang dialami, kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat.
2)
Taking Hold Period
Berlangsung 3-4 hari
post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggung jawab
sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif
sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang dialami ibu.
3)
Letting Go Period
Dialami setelah tiba
dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima
tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat
tergantung dari kesehatan sebagai ibu.