Senin, 25 Maret 2013

makalah study kasus perbidanan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ruptur perineum merupakan suatu keadaan dimana terputusnya kontinuitas jaringan perineum yang terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang  juga pada semua persalinan berikutnya. Keadaan ini bila tidak ditangani dengan baik bisa terjadi infeksi dan perdarahan yang dapat mengakibatkan tingginya morbiditas dan mortalitas ibu  (Prawirohardjo, 2003).

Berdasarkan penelitian World Healt Organisation (WHO) pada tahun 2010 di seluruh dunia terdapat kematian sebesar 500.000 ribu jiwa pertahun akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas  (eka-our worksblogspot.online tanggal 30 juli  2012).
Bahaya dan komplikasi ruptur perineum antara lain perdarahan, infeksi dan disparenia (nyeri selama berhubungan seksual). Perdarahan pada ruptur perineum dapat menjadi hebat khususnya pada ruptur derajat dua dan tiga atau jika ruptur perineum meluas ke samping atau naik ke vulva mengenai klitoris. Karena dekat dengan anus, laserasi perineum dapat dengan mudah terkontaminasi feses. Infeksi juga dapat menjadi sebab luka tidak dapat segera menyatu sehingga timbul jaringan parut. Jaringan parut yang terbentuk sesudah laserasi perineum dapat menyebabkan nyeri selama berhubungan  .
Robekan jalan lahir utamanya ruptur perineum merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan. Selain itu, adanya ruptur pada perineum juga dapat menimbulkan infeksi. Oleh karena itu, untuk mencegah timbulnya komplikasi lainnya pada masa nifas dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan antara lain perawatan perineum secara intensif .
Indonesia membuat rencana strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) untuk tahun 2010, dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah dengan visi Kehamilan dan Persalinan di Indonesia Berlangsung Aman, serta yang Dilahirkan Hidup dan Sehat, misinya adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan system kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik mengambil kasus untuk Angka kematian maternal di Indonesia sampai saat ini cukup tinggi menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 / 2003 angka kematian ibu di Indonesia 30/100.000 kelahiran hidup dan pemerintah menargetkan pada tahun 2010 kematian dapat menurun menjadi 125/100.000 kelahiran hidup.
mengangkat sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan Pendidikan pada D.III kebidanan PGRI Kediri  dengan menggunakan pendekatan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny “I” Post Partum Hari pertama dengan Ruptur Perineum Tingkat II di BPS NY “Z” .
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belang diatas, maka peneliti mengajukan Karya Tulis Ilmiah ini untuk mengetahui Bagaimanakah melaksanakan asuhan kebidanan Pada Ny “X” Post Partum Hari Pertama dengan Ruptur Perineum Tingkat II di BPS NY “Z”? .


C.    Tujuan Penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis ini tujuan yang di harapkan adalah sebagai berikut :
1.       Tujuan umum
2.       Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny “X” Post Partum Hari Pertama  dengan Ruptur Perineum Tingkat II di BPS “Z” dengan menggunakan pendekatan Manajemen Asuhan Kebidanan.
2.      Tujuan khusus
a)      Melaksanakan pengkajian data pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur Perineum Tingkat II Di BPS Ny “Z” .
b)      Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur Perineum Tingkat II BPS Ny “Z” .
c)      Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur Perineum Tingkat II di BPS Ny “Z” .
d)     Mengidentifikasikan tindakan segera dan kolaborasi pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur Perineum Tingkat II di BPS Ny “Z” .
e)      Merencanakan asuhan kebidanan pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur Perineum Tingkat II di BPS Ny “Z” .
f)       Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur Perineum Tingkat II di BPS Ny “Z” .
g)      Mengevaluasikan hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur Perineum Tingkat II di BPS Ny “Z” .
h)      Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Ny “X” Post partum hari pertama dengan Ruptur Perineum Tingkat II di BPS Ny “Z” .
D.    Manfaat Penulisan
1.      Manfaat ilmiah
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memperluas pola pikir dan ilmu pengetahuan serta sebagai bahan inspirasi penulis selanjutnya.
2.      Manfaat institusi
       Sebagai bahan acuan atau pedoman bagi institusi pendidikan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.
3.      Manfaat bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman yang berharga dalam penerapan Asuhan Kebidanan khususnya Ruptur Perineum.
E.     Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, berdasarkan teori ilmiah yang dipadukan dengan praktek dan pengalaman penulis memerlukan data yang objektif dan relevan dengan teori-teori yang dijadikan dasar analisa dalam pemecahan masalah. Untuk itu penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1.      Studi kepustakaan
Yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku/literatur dan data internet yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam pembahasan Karya Tulis Ilmiah ini.
2.      Studi kasus
Yaitu melaksanakan studi kasus pada NY ”I“ dengan menggunakan pendekatan asuhan kebidanan yang meliputi: pengkajian, analisa, perumusan diagnosa/masalah aktual dan potensial, merencanakan tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan, dan mengevaluasi serta mendokumentasikan asuhan kebidanan. Untuk memperoleh data/informasi akurat, penulis menggunakan teknik :
a.       Anamnese
Penulis melakukan tanya jawab dengan ibu, suami dan keluarga yang terlibat langsung guna mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien tersebut.
b.      Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis untuk menjamin diperolehnya data yang lengkap mulai dari kepala sampai kaki (head to toe) meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan diagnostik lainnya dengan menggunakan format yang telah disusun sebelumnya.
c.       Pengkajian psikososial
Pengkajian status emosional, respon terhadap kondisi serta pola interaksi ibu terhadap keluarga, petugas kesehatan, lingkungan, serta pengetahuan tentang kesehatan.
3.      Studi dokumenter
Studi dokumenter dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari bidan, asisten bidan, dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat memberi kontribusi dalam menyelesaikan Karya Tulis ini.



4.      Diskusi
Penulis melakukan tanya jawab dengan bidan yang menangani langsung klien tersebut serta mengadakan diskusi dengan dosen pengasuh/pembimbing Karya Tulis ini.                              3.Definisi Operasional
Tabel 3.1 :    Definisi Operasional Asuhan Kebidanan pada Ny “X” Post Partum Dengan Ruptur Perinium derajat II.

No
Variabel Operasional
Definisi Operasional
Parameter
Alat ukur
Skala
Skoring

Asuhan kebidanan pada post partum dengan ruptur perinium derajat II
Segala sesuatu yang diketahui tentang  post partum  dengan ruptur perinium derajat II
1.        Pengertian post partum
2.        Pengertian ruptur perinium
3.        Faktor penyebab ruptur perinium
4.        Dampak yang muncul apabila ruptur perinium tidak dilakukan asuhan kebidanan dengan benar
5.        Tujuan asuhan kebidanan post partum dengan ruptur perinium
6.        Cara merawat  ruptur perinium derajat II

Wawancara
Ordinal


Lokasi dan Waktu Penelitian
1.      Lokasi Penelitian
Tempat penelitian di BPS Ny “Z” di Kabupaten Kediri .
2.      Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada Tanggal .......




Prosedur Pengumpulan Data
peneliti mengajukan surat pengambilan data ke pihak kampus untuk mendapatkan surat ijin pengambilan data di BPS Ny” Z”, kemudian peneliti menyerahkan surat tersebut kepada bidan tempat melakukan penelitian.Setelah distujui oleh bidan peneliti mulai melakukan pengambilan data untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahnya.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan umum Tentang Masa Nifas
1.      Pengertian Masa Nifas
a.       Masa nifas (puerperium) di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
b.      Masa nifas (puerperium) adalah periode waktu atau masa di mana organ-organ reproduksi kembali keadaan tidak hamil yang membutuhkan waktu sekitar 6 minggu .
c.       Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan  .
d.      Masa nifas atau puerperium adalah masa yang berlangsung 6 minggu dari sejak hari melahirkan .
e.       Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat kandungan kembali seperti pra hamil yaitu 6-8 minggu .



2.      Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan pada masa nifas diperlukan karena pada periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Terutama dalam waktu 24 jam pertama, adapun tujuan masa nifas sebagai berikut :
a.       Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
b.      Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
c.       Memberikan pelayanan KB ( Eny Retna Ambarwati,S.Si.T).
3.      Periode Masa Nifas
Adapun periode masa nifas yaitu sebagai berikut :
a.       Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b.       Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8 minggu.
c.       Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.




4.      Perubahan masa nifas
a.       Perubahan fisiologi
1)      Sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada ke keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-5 (Eny Retna Ambarwati, S.Si.T dkk. 2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas).
2)      Tanda-tanda vital
Suhu badan wanita sesudah partus dapat naik ± 37,5˚C dari keadaan normal. Tetapi tidak melebihi 38,0˚C, sesudah 12 jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan lebih dari 38,0˚C, mungkin ada infeksi.
Nadi berkisar umumnya antara 60-80 denyutan permenit. Segera setelah partus dapat terjadi bradikardi. Pada masa nifas umumnya denyutan nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan.
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum. Tetapi ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat panyakit-penyakit lain yang menyertai dalam ± 2 bulan tanpa pengobatan.
3)      Sistem digestivus
Defeksi atau buang air besar harus dalam 3 hari pasca persalinan. Bila terjadi obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rektum, mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan oral. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin, tidak jarang kesulitan defekasi dapat di atasi .
4)      Sistem urinaria
Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri. Bila kandung kemih penuh dan tidak miksi sebaiknya dilakukan kateterisasi  .
5)      Sistem Reproduksi
a)      Uterus
Setelah janin di lahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri ± 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi  7cm atas sympisis atau setengah sympisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas sympisis .

b)     Lochia
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Pengeluaran lochia di bagi berdasarkan jumlah, warna dan waktunya sebagai berikut :
1.      Lochia rubra (cruenta)
2.      Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 3 hari pasca persalinan.
3.      Lochia sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 4-7 pasca persalinan.

4.      Lochia serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
5.      Lochia alba
Cairan putih selama 2 minggu.
6.      Lochia purulenta
Keluar cairan seperti nanah berbau busuk
c)      Serviks
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah, segera setelah post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini di sebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan uteri terbentuk semacam cincin. Konsistennya lunak  .
d)     Dinding abdomen
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi berkepanjangan yang disebabkan uterus hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Kembalinya struktur ini ke keadaan normal memerlukan waktu beberapa minggu, tapi pemulihan dapat dibantu oleh olahraga, selain timbulnya striae yang berwarna keperak-perakan, dinding abdomen biasanya kembali ke keadaan sebelum hamil. Namun jika otot-ototnya tetap atonik, dinding abdomen akan tetap kendur  .


e)      Vulva dan Vagina
Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur, setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada ke keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol .
f)       Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan  .
g)      Payudara
Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas. Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta di mulainya laktasi.
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan terjadi perubahan pada kelenjar mammae yaitu :
1.      Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan lemak bertambah.
2.      Keluar cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning putih susu.
3.      Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena  berdilatasi sehingga tampak jelas.
4.      Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin akan merangsang air susu di samping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan .
b. Perubahan psikologis
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan normal, namun mampu diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah terkuras oleh tuntutan kehamilan serta persalinan, keadaan kurang tidur, lingkungan asing baginya dan oleh kecemasannya akan bayi, suami atau anak-anaknya yang lain  .
Adaptasi psikologis masa nifas yang terbagi atas 3 tahapan yaitu :
1)      Taking In Period
Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat.
2)      Taking Hold Period
Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.

3)      Letting Go Period
Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.